Rabu, 14 Agustus 2013

Sebelum Sepi Itu Pergi

Sepi...
Seperti pintu yang mengurung dan susah untuk di uraikan
Membekukan tiap-tiap menit yang terasa seperti puluhan purnama
Dari kejauhan terdengar tawa anak-anak dan sesaat kemudian mereka menangis
Rindukah aku pada semua itu?
Hingga bulan-bulan terasa lama akan kehadiranmu..

Kita yang masih bernafas bersama
Selalu membuatku terus bertanya, apa kamu baik-baik saja?
Sementara kita hanya berdua saja
Dan aku harus menepis rasa sepi, rasa tidak sabar, menunggu waktu perjumpaan kita
Mungkin tidak akan sampai seperti ini rasanya
Seandainya ada orang lain selain kita

Tapi aku tahu
Kelak aku akan sibuk olehmu
Tidak ada lagi waktu untuk sepi menyelimuti kita
Bahkan aku akan merindukan sepi itu setelah kehadiranmu


Selasa, 13 Agustus 2013

Hati-hati Penipuan Ketika Mudik

Mudik tahun 2013, dimulai dengan berangkat dari Jakarta tanggal 3 Agustus dini hari, bersama Pak Ratno supir Travel langganan kami.

Dan itu menjadi perjalanan yang paling menyenangkan yang pernah kami, tepatnya saya alami. berhubung saya sedang hamil, betapa perjalanan nyaman adalah segalanya bagi saya.

Perjalanan melalui jalur selatan alias Bandung benar-benar menjadi pilihan terbaik disaat jalur utara sudah sesak dipenuhi pemudik, dan arus lalu lintas benar-benar macet total.

Pemandangan yang sejuk, supir yang baik, membuat perjalanan kami senyaman mungkin, bahkan sebelum berangkat kami masih sempat bersantai menonton film dirumah, benar-benar tidak terasa bahwa kami melakukan perjanan yang ditempuh hampir 24 jam karena lumayan banyak memakan waktu untuk beristirahat.

Sepanjang perjalanan suami hunting foto, sedangkan saya tetap mendekap erat Junior didalam perut agar selalu nyaman dalam perjalanan.

Dan sampai di Jogja pun alhamdulillah dengan selamat, tanpa rasa lelah berlebihan, tanpa mual apalagi muntah, tanpa pusing, bahkan saya tetap fit ketika harus bangun pagi-pagi sekali.

Itu adalah perjalanan mudik ternyaman, berbanding terbalik dengan perjalanan kami menuju Jakarta.


Berhubung pak Ratno awalnya bilang bahwa belum bisa memastikan apakah kami bisa kembali ke Jakarta bersamanya, maka suami memutuskan untuk segera mencari alternatif kendaraan lain menuju Jakarta. 

Suami menyarankan menggunakan bus, tapi entah kenapa saya merasa kurang yakin. Suami meyakinkan bahwa jika kita naik bus akan mengurangi goncangan buat kehamilan saya. Saya mengerti itu adalah alasan yang memang sangat tepat. Tapi saya masih berusaha mencari informasi Travel, walau sedikit ragu karena kali ini yang menyetir bukan orang yang sudah kami percaya. Tapi ternyata Travel sudah penuh, tidak ada lagi kecuali travel menggunakan mobil APV, jelas saja suami menolak karena pasti goncangan selama perjalanan akan sangat terasa, ada lagi Travel yang tahu bahwa saya sendang hamil dan membutuhkan kenyamanan maka dia menawarkan harga yang diluar kira-kira.

Dan akhirnya kami memutuskan untuk membeli tiket bus saja. Sebuah agen bus menawarkan armada baru, nama busnya Panorama, ini adalah bus tambahan Maju Lancar karena semua tiket sudah habis terjual. Dengan sangat meyakinkan, Ibu tukang Agen a.k.a "Penipu" menawarkan bus panorama pada kami, dengan harga semahal bus-bus yang sudah punya nama dan kualitas, dia meyakinkan kami dengan memberikan brosur bus, berisi dengan seluruh fasilitas bus, dengan nilai plus dari bus yang memiliki bletshit ditiap-tiap kursinya. Karena penampakan bus yang menurut kami cukup nyaman, dan si Penipu yang sampai berani bilang "Saya ganti harga tiketnya 5 kali lipat kalau busnya nggak senyaman dan sama seperti yang di brosur mbak" maka kami memutuskan untuk percaya dan membeli tiket itu.

Si Penipu menjanjikan bahwa kami akan dijemput jam 1 dipinggir jalan dekat rumah, sehingga tidak perlu muter-muter ke terminalnya.

Pukul 11 pada hari H keberangkatan kami ke Jakarta, saya minta agar suami memastikan dulu dengan agen tiket bahwa kami akan dijemput ditempat yang sudah dijanjikan diawal pembelian tiket.
Benar saja firasat saya, ternyata kami harus menunggu ditempat lain, yang cukup jauh dari rumah. Itu sudah berarti bahwa si Penipu tidak konsisten dengan janjinya ketika kami membeli tiket.

Dan kita pun menuju tempat yang dijanjikan berikutnya jam 12.30.
Ternyata kita menunggu sampai jam 5 dan bus sama sekali tidak ada yang berhenti menjemput kami, berkali-kali kami yang harus menelpon agen, karena si Penipu sama sekali tidak bermodal untuk menelpon.

Dan apa yang terjadi??


Ternyata bus kami sudah lewat sekitar setengah jam atau satu jam yang lalu tanpa berhenti menjemput kami, akhirnya kami diantar oleh agen lain untuk mengejar bis.

Dan betapa kagetnya saya, ternyata bus yang akan kami naiki bukanlah bus Panorama seperti yang di janjikan penipu. Bus yang kami naiki adalah bus pariwisata bernama Mahendra yang sudah tua, dan benar-benar kecil membuat kaki tidak nyaman.

Saya sudah marah-marah dalam hati, ya cuma berani dalam hati, karena melihat suami yang betapa sabar menghibur kekecewaan saya dengan agen si Penipu, mengingat dia sampai berjanji akan mengembalikan uang kami 5 kali lipat jika bus yang kami naiki bukan Panorama.

Belum cukup reda kemarahan dalam hati saya, sampai terminal Giwangan Jogja, ternyata kami harus oper bus, bus kami diganti dengan bus tanpa nama, yang lebih sempit dari sebelumnya, Ac yang tidak berasa, dan yang terburuk adalah saya dan suami saya harus duduk terpisah, saya duduk dengan seorang ibu-ibu dan suami saya duduk dideretan kursi paling belakang penumpang, saya mulai ingin menangis, saya protes, bagaimana bisa kami duduk terpisah, sedangkan saya sedang hamil, saya takut jika terjadi apa-apa dengan saya, akhirnya seorang kondektur yang kami sebut si kumis dengan marah-marah mengatur penumpang agar tersedia 2 bangku kosong buat kami, dan kami diberi tempat duduk paling belakang diatas ban didekat pintu belakang, saya dan suami tidak habis pikir bagaimana bisa si kumis memperlakukan wanita hamil dengan menempatkan kami di tempat yang paling besar mengalami goncangan karena tepat diatas ban bus.

Suami saya sampai bilang "Kalau kamu nggak lagi hamil mungkin aku sudah marah-marah, sudah mengumpat yang nggak-nggak" dan mendadak kata-kata suami saya meluluhkan kekecewaan dan kemarahan saya, betapa suami saya memikirkan keadaan saya saat itu, sedangkan saya yang sedang hamil saja marah-marah tidak karuan, ingin mengutuk si Penipu tukang agen yang sudah tega menipu kami, menipu wanita hamil, padahal dia sendiri juga wanita.

Beberapa penumpang lain mulai protes, tapi protes mereka tidak ada yang didengar, ada yang menelpon agen, tapi tetap saja protes mereka tidak dipedulikan, bahkan dia justru tidak ikut naik bus.
Kami, terutama saya sangat kecewa dengan agen di terminal Wonosari. Betapa jahatnya si Penipu yang sudah tega menipu kami, padahal harga tiket yang kami bayar tidak murah.

Suami hanya mengingatkan untuk sabar, biar Allah yang membalas katanya. Biar Allah yang menganti berlipat-lipat rejeki kita.

Sepanjang perjalanan saya merasa tidak nyaman, bau pengap, kaki yang tidak bisa diluruskan, dilipat pun kepentok jok depan, karena memang sangat sempit kursinya, dan tidak nafsu makan. itu yang paling membuat saya resah, saya tidak bisa makan apa-apa didalam bus, bahkan sampai hari ini pun kalau saya ingat bau bus saya kembali enggan makan.

Pukul 11 malam akhirnya suami memaksa makan, sebelumnya saya sudah minum obat maag. Karena dari jam 1 siang saya tidak makan maka maag saya kambuh.
Sebelum makan saya malah muntah, cairan kuning asam lambung yang naik.
Suami menyuapi saya makan, hanya dapat 3 kali suap, dan 10 menit kemudian saya muntah-muntah lagi.
Saya mulai gelisah, kasihan bayi didalam perut saya, maag yang kambuh dan jalanan yang terus saja berguncang membuat saya semakin stress.

Jam 1 malam, bus berhenti untuk istirahat. Kami memesan teh manis panas dan Soto. Disitu saya baru bisa makan walaupun tidak banyak tapi lumayan untuk mengisi perut.
Jam 3 sore kami masih didalam bus, masih perjalanan di Indramayu, Ac mati dan terasa amat sangat pengap, saya hampir sesak nafas, untungnya bus berhenti dan saya bisa membeli kelapa muda, dan Ac kembali dinyalakan.

Tidak lama setelah bus melanjutkan perjalanan, saya malah mimisan. Rasanya saya sudah benar-benar tidak kuat melanjutkan perjalanan, pusing, stress, mual, tidak karuan rasanya.

Pukul 5 bus memasuki Jati Bening Bekasi, kami amat sangat kasian kepada beberapa penumpang yang diturunkan dipinggir jalan, sehingga tidak sampai ke tujuan. Beberapa penumpang yang menuju ke Lebak Bulus diturunkan dipinggir jalan tol Jati Bening, bus tidak mau bertanggung jawab apa-apa dan terus melaju pergi. Ada juga penumpang yang belum tahu Jakarta, ingin ke Pangkalan Jati Jatim tapi justru tidak diturunkan dan tetap naik bis sampai Cempaka Putih.

Kejadian paling menyedihkan adalah penumpang selain yang menuju Kali Deres diturunkan di pinggir tol Cempaka Putih, mereka protes, ada yang lapor polisi yang kebetulan sedang patroli dipinggir jalan, tapi mendadak supir bus mengambil beberapa lembar uang dan menyerahkannya secara diam-diam kepada polisi, dan polisi itupun menerima dan tidak menyalahkan bus lagi kemudian bus dibiarkan pergi.
Ah sedih sekali hati saya menyaksikan semua itu didepan mata saya, walau saya didalam bus. Andai saya kepala polisi disana, sudah saya berhentikan polisi gila uang seperti itu.

Mungkin itu salah satu penyebab kenapa begitu banyak gelandangan di Jakarta, banyak orang-orang yang belum mengenal Jakarta dan kena tipu, diturunin dipinggir jalan, tanpa tahu dimana posisi mereka, uang yang pas-pasan untuk naik taksi, naik angkot pun bingung angkot yang mana menuju tempat tujuan yang belum pernah mereka kunjungi. Meminta perlindungan aparat yang seharusnya melindungipun sudah tidak bisa dilakukan, karena aparat polisi mata duitan dan mudah di sogok.

Betapa kejamnya ibu kota bagi mereka yang belum tahu, yang masih pendatang, yang ingin mengubah nasib, beranggapan bahwa Jakarta mampu membuat mereka lebih baik secara ekonomi, tapi justru kemalangan yang menimpa mereka.

Akhirnya pukul 6 kami turun dari bus, di Cengkareng. Bus terus melaju sampai terminal Kali Deres. Dan kami melanjutkan perjalanan dengan taksi menuju rumah.

Ini adalah perjalanan terburuk saya menggunakan bus. Rasanya kapok sekali naik bus. Dan tidak akan percaya lagi dengan Agen bus di Wonosari kecuali dengan orang yang sudah kami kenal.

Semoga Allah yang membalas seluruh kejahatan mereka. Dan menyadarkan mereka bahwa apa yang mereka sudah lakukan benar-benar adalah tindak kejahatan dan sangat merugikan orang lain.

Jumat, 02 Agustus 2013

Jika Tanpa Sayap

Seperti malaikat,,, tetap menjadi malaikat meski menjalankan segalanya sendiri

Aku yang tak bersayap

Juga yang tak mampu banyak mengingat

Tapi dalam sebuah kata aku selipkan 'Terimakasih'

Atas waktu yang tersisa hingga nafas menjadi ada

Dan aku yang tak mampu menghitung nikmat

Selalu saja tersenyum mengingat segala kebaikan ini

Dimanakah jalan pulang jika tanpa ada yang mengingatkan

Sungguh aku rindu

Sejenak terus memikirkan

Dan dalam perenungan panjang

Yang hanya berisi tentang satu hal

Tanpa ada yang mengusik

Dan Kita terus asik dalam buaian doa

Dalam banyaknya pinta

Aku memang tak secerdas malaikat

Tapi bagaimanapun juga Kau lah satu-satunya tempat segala...

Rabu, 31 Juli 2013

Rabu, 24 Juli 2013

Quotes from Fahd

“Aku ingin tetap berada di udara jika hidup adalah sebuah koin yang dilempar ke udara dan menjadikan kita sebagai salah satu sisi dari dua mata koin itu. Aku ingin berada di dunia antara, abu-abu, dunia fusi sinergis yang harmonis.”

Just Afraid

Sebenarnya aku takut..
Melewati malam-malam tanpamu

Sebenarnya aku takut...
Menjalani waktu tak bersamamu..

Sebenarnya aku takut...
kehilangan satu moment pun untuk tak melihatmu beranjak tua

Sebenarnya aku takut...
jika harus sendiri

Sebenarnya aku takut...
untuk bilang 'aku tak mau pisah dari kamu, walau itu hanya sementara...'


Stay

Bolehkah aku tetap disini?
Menatap malam-malam tidur pulasmu
Tanpa sedikitpun alasan
Hingga waktu tetap beku bersama
Tanpa sempat perpisahan membuat jarak diantara kita